Dunia pendidikan tidak dapat terlepas dari sebuah benda yang
bernama buku. Peranan buku sangat penting, bahkan mendominasi. Sekolah sebagai
pusat pendidikan formal telah menyediakan buku-buku yang dikumpulkan dalam
sebuah tempat / ruangan yang diberi nama perpustakaan. Sayangnya, peranan perpustakaan, khususnya perpustakaan sekolah,
belum maksimal. Anak – anak belum memanfaatkan perpustakaan sebaik mungkin.
Anak tidak mau mengunjungi perpustakaan. Mereka tidak mau disibukkan oleh
pekerjaan tambahan dari sebuah buku. Buku hanya akan menambah repot, mengurangi
waktu bersenang - senang, dan menimbulkan beban.
Mengapa ?
Sebuah
pertanyaan yang sudah jelas jawabnya, yakni penghargaan anak terhadap ilmu
sangat kurang.
Mengapa
mereka tidak membutuhkan ilmu ?
Pada era
sekarang keberhasilan seseorang ditentukan oleh uang. Seberapa besar uang yang
dia dapat, dijadikan sebagai tolok ukur tingkat keberhasilan seseorang. Keahlian,
kepandaian, keprofesionalan, bukan merupakan keberhasilan.
Seseorang
yang terkenal, tetapi tidak mempunyai uang, belum dikatakan berhasil. Contoh,
Gesang, pengarang lagu Bengawan Solo, termasuk orang yang belum berhasil.
Beliau cukup terkenal, bahkan sangat terkenal, tetapi tidak mempunyai uang.
Jadi, anak
sekarang tidak membutuhkan ilmu, tetapi membutuhkan uang.
Mengapa
mereka sekolah ?
Ada
beberapa alasan yang menjadi sebab. Mereka bersekolah karena pengaruh / ikut
teman, harga diri, mencari teman, atau karena perintah orang tua. Jadi, hanya
sebagian kacil anak yang bersekolah karena ingin pandai atau berilmu.
Hal ini
yang menjadi sebab penulis membuat tulisan ini.
Sebagai
seorang guru, cukup prihatin bila melihat perpustakaan sekolah yang senantiasa
sepi. Artinya, lebih banyak sepinya daripada ramainya. Anak – anak jarang
berkunjung ke perpustakaan, bahkan sering kita temui sebagian anak tidak pernah
masuk ke perpustakaan selama sekolah di situ.
Apa langkah
yang tepat ?
Penulis
berpendapat bahwa pada era ini pendidikan harus dipaksakan. Anak – anak usia
sekolah harus dipaksa bersekolah, harus dipaksa pinjam buku, dan harus dipaksa
membaca buku.
Mengapa
demikian ?
Untuk
menjawab pertanyaan di atas, jawablah pertanyaan berikut dengan jujur ?
1.
Apakah anak – anak mendapat pinjaman buku dari
sekolah, misal buku paket ?
2.
Apakah mereka membaca buku – buku itu tanpa ada
sebab, misal diperintah guru ?
3.
Apakah mereka menjawab soal tanpa ada sebab,
misal diprintah guru ?
Penulis
yakin para guru akan menjawab bahwa sebagian besar anak akan membaca bukua jika ada perintah guru.
Hal ini
yang ingin penulis tegaskan di sini bahwa anak harus dipaksa masuk dan pinjam
buku di perpustakaan. Mula – mula dari tujuan rekreasi, misalnya, membaca
koran, buku cerita, dan lain – lain. Lama – lama akan meningkat ke keilmuan
praktis, misalnya, cara beternak itik darat, cara memperbaiki sepeda motor,
cara merakit komputer, danseterusnya.
Demikian tulisan ini, semoga bermanfaat ! @kang sanusi
smp4cepu